Pura Dalem Kedewatan
Banjir kerap melanda warga Tangtu. Ritual upacara keagamaan pun sulit digelar. Maka, Pura Dalem Kedewatan pun pindah ke arah selatan, menyusuri pesisir (Sanur). Pura Dalem Kedewatan berlokasi di Tangtu, berdekatan dengan Sungai Sagsag (Sungai Ayung).
Keberadaan Pura Dalem Kedewatan tidak dapat terlepas dari perjalanan putra dari Ida Made Wetan, bernama Pedanda Anom Bendesa yang merupakan keturunan dari Dang Hyang Nirartha dari Kamasan Klungkung menuju Tangtu yang ketika itu dikuasasi oleh I Gusti Ngurah Agung Pinatih sebagai penguasa Kertalangu Kesiman. Tangtu sekarang merupakan sebuah banjar yang berada di bawah naungan Desa Kesiman Kertalangu secara kedinasan dan Desa Adat Kesiman secara adatnya.
Diceritakan mengenai kedekatan Ida Pedanda Anom Bendesa dengan I Gusti Agung Pinatih, membuat Ida Pedanda Anom Bendesa memperistri adiknya yang bernama Ni Gusti Ayu Putu Pacung, selain itu I Gusti Ngurah Agung Pinatih juga menyerahkan kawula warga sebanyak 40 keluarga.
Lambat laun sebagai penunjang kehidupan sosial-religius membuat Ida Pedanda Anom Bendesa membangun beberapa pura yang mengikat masyarakat Tangtu seperti Pura Dalem Kedewatan, Pura Puseh, Pura Kentel Gumi, Pura Padang Sakti, Palinggih Pengayatan Bhatara Batur, dan Palinggih Gunung Agung. Begitu juga dengan I Gusti Ngurah Agung Pinatih membangun Pura Bangun Sakti di sebelah timur Tangtu atas petunjuk Ida Pedanda Anom Bendesa.
Hal inilah yang menyebabkan kemudian cucu Ida Pedanda Anom Bendesa memindahkan Pura Dalem Kadetawan ke tempat yang lebih aman. Ida Pedanda Anom Bendesa di Tangtu menurunkan putra bernama Ida Pedanda Sakti Ngenjung yang kelak memiliki dua putra bernama Ida Pedanda Wayahan Bendesa dan Ida Pedanda Made Bendesa.
Pemindahan beberapa pelinggih Pura Dalem Kedewatan yang dilakukan oleh dua bersaudara atau dikenal dengan surya kalih melibatkan juga masyarakat pengiring yang setia, mencari tempat ke arah selatan menyusuri pesisir pantai dengan mengusung pratima–pratima, dan akhirnya perjalanan yang ditempuh sekitar 4 kilometer dijumpai lahan datar yang kosong, kemudian disebut dengan Tegal Asah.
Menemukanlah, tanah lapang di Tegal Asah, yang terdapat undak-undak tanah yang cukup tinggi dan menyembulkan sinar menjulang tinggi. Sinar tersebut yang menjadi cikal bakal nama Sanur : Sa artinya tunggal dan Nur itu sinar suci
Keberadaan Pura Dalem Kedewatan tidak dapat terlepas dari perjalanan putra dari Ida Made Wetan, bernama Pedanda Anom Bendesa yang merupakan keturunan dari Dang Hyang Nirartha dari Kamasan Klungkung menuju Tangtu yang ketika itu dikuasasi oleh I Gusti Ngurah Agung Pinatih sebagai penguasa Kertalangu Kesiman. Tangtu sekarang merupakan sebuah banjar yang berada di bawah naungan Desa Kesiman Kertalangu secara kedinasan dan Desa Adat Kesiman secara adatnya.
Diceritakan mengenai kedekatan Ida Pedanda Anom Bendesa dengan I Gusti Agung Pinatih, membuat Ida Pedanda Anom Bendesa memperistri adiknya yang bernama Ni Gusti Ayu Putu Pacung, selain itu I Gusti Ngurah Agung Pinatih juga menyerahkan kawula warga sebanyak 40 keluarga.
Lambat laun sebagai penunjang kehidupan sosial-religius membuat Ida Pedanda Anom Bendesa membangun beberapa pura yang mengikat masyarakat Tangtu seperti Pura Dalem Kedewatan, Pura Puseh, Pura Kentel Gumi, Pura Padang Sakti, Palinggih Pengayatan Bhatara Batur, dan Palinggih Gunung Agung. Begitu juga dengan I Gusti Ngurah Agung Pinatih membangun Pura Bangun Sakti di sebelah timur Tangtu atas petunjuk Ida Pedanda Anom Bendesa.
Hal inilah yang menyebabkan kemudian cucu Ida Pedanda Anom Bendesa memindahkan Pura Dalem Kadetawan ke tempat yang lebih aman. Ida Pedanda Anom Bendesa di Tangtu menurunkan putra bernama Ida Pedanda Sakti Ngenjung yang kelak memiliki dua putra bernama Ida Pedanda Wayahan Bendesa dan Ida Pedanda Made Bendesa.
Pemindahan beberapa pelinggih Pura Dalem Kedewatan yang dilakukan oleh dua bersaudara atau dikenal dengan surya kalih melibatkan juga masyarakat pengiring yang setia, mencari tempat ke arah selatan menyusuri pesisir pantai dengan mengusung pratima–pratima, dan akhirnya perjalanan yang ditempuh sekitar 4 kilometer dijumpai lahan datar yang kosong, kemudian disebut dengan Tegal Asah.
Menemukanlah, tanah lapang di Tegal Asah, yang terdapat undak-undak tanah yang cukup tinggi dan menyembulkan sinar menjulang tinggi. Sinar tersebut yang menjadi cikal bakal nama Sanur : Sa artinya tunggal dan Nur itu sinar suci