4 Bagian Tari Baris Gede Télék
Papeson merupakan bagian awal dari susunan struktur tari di Bali. Dalam bagian pepeson pada tari Baris Gede Télék, penari menampilkan gerakan simbolis yang dirangkai sedemikian rupa sebagai pengantar karakter Baris Télék yang gagah dan sigap untuk bertempur.
Pamendakan adalah prosesi persembahan berupa sesaji untuk penyucian dan persembahan kepada para dewa yang bersemayam dalam pusaka barisan. Prosesi ini dilakukan agar pementasan diberikan kelancaran dan keselamatan. Dalam bagian ini, penari hanya melakukan gerakan ngabah, dan terdapat satu penari yang maju ke depan untuk melaksanakan prosesi Penyamblehan. Secara lebih rinci, gerakan penari dalam bagian ini cenderung formal dengan pola yang terikat oleh iringan musik pengiring.
Pategak adalah istilah yang dapat dikatakan serupa dengan petangkilan, yaitu saat semua penari prajurit melakukan hentakan pada karakter Patélék. Seluruh barisan penari duduk pada tingkat yang lebih rendah, sementara penari Petélék menunjukkan kewibawaannya dengan improvisasi gerakan yang menarik serta ekspresi gerak yang ekspresif.
Pasiat adalah bagian puncak atau akhir dari pertunjukan. Bagian ini berlangsung dalam durasi yang relatif singkat sebagai epilog dari tari Baris Gede Télék. Dalam bagian pasiat, para prajurit bersiap untuk berperang dengan gerakan maju ke depan sambil menghunus tombak layaknya seorang prajurit yang menyerang musuh. Gerakan ini dilakukan secara berulang, dan sebelum mencapai klimaks, penari menampilkan gerakan khas Baris Gede Télék, yaitu Nyantra.
Pada akhir pertunjukan tari Baris Gede Télék, semua penari mengalami trance (kerauhan) tanpa terkecuali. Trance (kerauhan) yang terjadi diyakini melibatkan turunnya roh suci dari dunia atas. Masyarakat menganggap ini sebagai pertanda baik, karena menandakan bahwa Ida Bhatara telah mendampingi serta memberikan anugerah kepada masyarakat dalam pelaksanaan upacara Yadnya.
Pamendakan adalah prosesi persembahan berupa sesaji untuk penyucian dan persembahan kepada para dewa yang bersemayam dalam pusaka barisan. Prosesi ini dilakukan agar pementasan diberikan kelancaran dan keselamatan. Dalam bagian ini, penari hanya melakukan gerakan ngabah, dan terdapat satu penari yang maju ke depan untuk melaksanakan prosesi Penyamblehan. Secara lebih rinci, gerakan penari dalam bagian ini cenderung formal dengan pola yang terikat oleh iringan musik pengiring.
Pategak adalah istilah yang dapat dikatakan serupa dengan petangkilan, yaitu saat semua penari prajurit melakukan hentakan pada karakter Patélék. Seluruh barisan penari duduk pada tingkat yang lebih rendah, sementara penari Petélék menunjukkan kewibawaannya dengan improvisasi gerakan yang menarik serta ekspresi gerak yang ekspresif.
Pasiat adalah bagian puncak atau akhir dari pertunjukan. Bagian ini berlangsung dalam durasi yang relatif singkat sebagai epilog dari tari Baris Gede Télék. Dalam bagian pasiat, para prajurit bersiap untuk berperang dengan gerakan maju ke depan sambil menghunus tombak layaknya seorang prajurit yang menyerang musuh. Gerakan ini dilakukan secara berulang, dan sebelum mencapai klimaks, penari menampilkan gerakan khas Baris Gede Télék, yaitu Nyantra.
Pada akhir pertunjukan tari Baris Gede Télék, semua penari mengalami trance (kerauhan) tanpa terkecuali. Trance (kerauhan) yang terjadi diyakini melibatkan turunnya roh suci dari dunia atas. Masyarakat menganggap ini sebagai pertanda baik, karena menandakan bahwa Ida Bhatara telah mendampingi serta memberikan anugerah kepada masyarakat dalam pelaksanaan upacara Yadnya.